Pengaruh Dimensi Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat menyebabkan kebutuhan masyarakat terhadap pangan semakin meningkat. Semakin meningkatnya kebutuhan pangan tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat ditangkap oleh para investor, salah satunya adalah bisnis rumah makan. Bisnis ini banyak diminati investor karena dianggap memiliki tingkat pengembalian investasi yang relatif cepat dan dapat memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah rumah makan yang berdiri dan berkembang, baik untuk perusahaan lokal maupun perusahaan internasional.
Akibatnya bisnis rumah makan di Indonesia semakin meningkat. Dengan adanya hal itu, tentu perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam usaha rumah makan atau kuliner ini dituntut untuk menyediakan kualitas layanan yang tinggi, yang dengannya dapat menjaring pelanggan sebanyak –banyaknya.
Dalam kondisi persaingan yang ketat tersebut, maka hal yang harus diprioritaskan oleh sebuah rumah makan adalah bagaimanan menciptakan kepuasan pelanggan. Dimana kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas layanan yang baik, tentunya tanpa mengabaikan kualitas produk.
Jika mengamati perilaku pelanggan, maka sebagian besar pelanggan yang baru pertama kali datang ke rumah makan, hal pertama yang dirasakan adalah layanan dari rumah makan tersebut. Mulai dari tempat parkir, sambutan karyawan ketika pelanggan masuk ke dalam rumah makan, duduk di kursi, perhatian yang ditunjukan karyawan, kondisi ruangan, penataan kursi dan meja, pemesanan makanan sampai makanan yang dipesan tersebut di santap. Semua hal tersebut dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Dan selanjutnya adalah produk dari rumah makan itu sendiri yaitu makanan yang disajikan. Ketika pelanggan merasa puas dengan layanan yang diberikan dan cocok dengan rasa yang disajikan, bukan tidak mungkin pelanggan tersebut akan kembali lagi untuk merasakan kenyamanan dan kenikmatan rasa yang diberikan oleh rumah makan tersebut. Yang pada akhirnya dapat dijadikan salah satu rujukan tempat makan yang nyaman dan enak serta dapat memuaskan pelanggan.
RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari merupakan salah satu rumah makan yang menyajikan produk makanan khas daerah yang bertempat di Jalan Brigjend M. Yoenoes No.128 (La Ode Hadi/By Pass). RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari merupakan salah satu usaha waralaba di Indonesia yang tangguh dengan falsafah “Halalan Tayyiban” menghadirkan produk yang halal dan baik yang lebih mengutamakan layanan kepada pelanggan setelah produk yang berkualitas. Rumah makan ini masih tergolong sangat baru di kota Kendari yaitu berdiri pada tahun 2013 tapi sudah menyita perhatian masyarakat kota Kendari. Hal ini terbukti ketika baru buka, jumlah pelanggan perharinya bisa mencapai kurang lebih 100 orang dengan penghasilan sekitar 30 juta perhari. RM. Ayam Bakar Wong Solo telah berkembang lebih dari 30 cabang di kota-kota seluruh Indonesia juga beberapa cabang di luar negeri. Ini menunjukan rumah makan ini bukanlah sekedar rumah makan yang menyajikan makanan khas daerah. Tetapi ada sesuatu yang membuatnya bisa bertahan bahkan sampai bisa melebarkan sayapnya ke berbagai kota dan juga sampai ke luar negeri.
Disamping Total Service, RM. Ayam Bakar Wong Solo telah memiliki standarisasi bumbu, hingga kesamaan rasa diantara outlet bisa terjaga mutunya khususnya makan khas utama dari RM. Ayam Bakar Wong Solo seperti menu Ayam Bakar dan Ayam Goreng. RM. Ayam Bakar Wong Solo dapat dimiliki oleh setiap orang dengan sistem waralaba (Franchise) yang syarat-syaratnya telah ditetapkan oleh sistem manajemen Ayam Bakar Wong Solo.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan diatas, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang "Pengaruh Dimensi Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari".
1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah dimensi kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cab. Kendari baik secara parsial maupun simultan”.

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dimensi kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cab. Kendari baik secara parsial maupun simultan.
1.4 Manfaat penelitian
            Manfaat yang ingin dicapai dalam penlitian ini :
a.   Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi manajer RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari dalam merumuskan kebijakan mutu pelayanan bagi masyarakat.
b.  Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti dimasa sekarang maupun masa akan datang yang ada kaitannya dengan hasil penelitian ini.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan pada dimensi kualitas layanan yakni terdiri dari: Bukti fisik (Tangible), Keandalan (Reliability), Daya Tahan (Responsiveness), Jaminan (Assurance) dan Empati (Emphaty), serta Kepuasan Pelanggan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Makan Ketty Resto”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Yang hasilnya menunjukan bahwa secara simultan dan parsial menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan yang terdiri dari reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangibles berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada Rumah Makan Ketty Resto.
Dewi Retno Indriaty (2010), yang meneliti dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Kualitas Pelayanan Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien (Studi pada puskesmas gunungpati Semarang). Dengan menggunakan metode regresi berganda disimpulkan bahwa variabel bukti fisik (Tangible) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Sedangkan kehandalan (Reliability), jaminan(Assurance), daya tanggap (Responsivennes) dan empati (Emphaty) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Muh. Syahlan Jayanegara (2006), yang meneliti dengan judul Pengaruh Kualitas Layanan Terhsadap Kepuasan Pelanggan pada Jasa Penerbangan di Kota Kendari. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kualitas layanan berdasarkan dimensi Tangible, Reliability, Responsivennes, Assurance, dan Emphaty terhadap kepuasan pelanggan. Dalam penelitiannya dengan menggunakan analisis regresi linear berganda memaparkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukannya pada jasa penerbangan Lion Air di Kota Kendari menemukan bahwa kualitas layanan yang terdiri dari kelima dimensi tersebut berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Zurni Zahara Samosir (2005), yang meneliti dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan USU (Universitas Sumatra Utara). Menunjukan bahwa dimensi kehandalan, daya tanggap, jaminan, bukti fisik dan empati secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Dimensi bukti fisik mempunyai nilai t hitung lebih besar dari nilai t hitung lainnya dan dimensi bukti fisik juga mempunyai nilai f lebih besar dari dimensi lainnya. Maka dapat dijelaskan bahwa dimensi bukti fisik adalah merupakan dimensi kualitas layanan yang paling mempengaruhi kepuasan mahasiswa dalam menggunakan perpustakaan USU.
Persamaan dari keempat peneliti diatas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah variabel yang diteliti yaitu kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (Tangible), kehandalan (Reliability), jaminan (Assurance), daya tanggap (Responsivennes) dan empati (Emphaty) terhadap kepuasan pelanggan. Juga terletak pada alat analisi yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan analisis regresi linear berganda.
Sedangkan perbedaan antara keempat peneliti terdahulu diatas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah terletak pada obyek penelitian yaitu penelitian dilakukan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari. Adapun riset penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Mapping Riset Peneliti Terdahulu
No
Judul Penelitian/Nama (Tahun)
Variabel yang diteliti dan alat analisis
Hasil
1.
Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan Rumah Makan Ketty Resto/ John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011)
Tangible, Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty. Alat analisis Regresi Linear Berganda.
Pengujian secara simultan dan parsial menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan yang terdiri dari reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangibles berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada Rumah Makan Ketty Resto.

2.
Analisis Pengaruh Tingkat Kualitas Pelayanan Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien (Studi pada puskesmas gunungpati Semarang) /  Dewi Retno Indriaty (2010).
Tangible, Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty. Alat analisis Regresi Linear Berganda.
Variabel Tangible berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Sedangkan Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
3.
Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan pada Jasa Penerbangan di Kota Kendari /  Muh. Syahlan Jayanegara (2006).
Tangible, Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty. Alat analisis Regresi Linear Berganda.
Menyatakan  Tangible, Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada Jasa Penerbangan di Kota Kendari.
4.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan USU (Universitas Sumatra Utara) /  Zurni Zahara Samosir (2005).
Tangible, Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty. Alat analisis Regresi Linear Berganda.
Tangible merupakan dimensi yang paling berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan mahasiswa dalam menggunakan perpustakaan USU dibanding dengan Reliability, Assurance, Responsivennes dan Emphaty.

Sumber : John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011), Dewi Retno Indriaty (2010), Muh. Syahlan Jayanegara Sidu (2006), Zurni Zahara Samosir (2005).

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Philip Kottler (2001:8), Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang yang bernilai dengan pihak lain. William J. Stanton dalam Basu Swastha (2008:4) mengemukakan bahwa “Pemasaran adalah suatu sistem dari keseluruhan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuasakan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.
Menurut Tjiptono (2005:3) pada umumnya, setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Adapun konsep – konsep pemasaran tersebut:
1. Konsep Produksi
Asumsi yang diyakini adalah pelanggan hanya akan membeli produk-produk yang murah dan mudah diperoleh.
Konsep ini merupakan asumsi yang diyakini sebuah perusahaan yang akan berkonsentrasi untuk mencapai produksi tinggi, efisien, biaya rendah dan distribusi yang luas. Disini perusahaan menganggap bahwa konsumen  tertarik pada ketersediaan produk (mudah diperoleh) juga dengan harga yang murah. Asumsi ini benar, dimana pada umumnya konsumen akan memilih produk yang murah dan mudah didapat. Sehingga perusahaan akan meningkatkan terus produksi dan mendistribusikan produk sebanyak-banyaknya agar mudah diperoleh.
2. Konsep Produk
Pada konsep ini, pemasar beranggapan bahwa pelanggan lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur, atau penampilan superior.
Pada konsep ini, sebuah perusahaan akan fokus untuk membuat produk yang superior dan selalu mengembangkanya. Perusahaan yang menganut konsep ini sering merancang produk mereka tanpa memperhatikan masukan dari pelanggannya. Pengusahan mengasumsikan bahwa pembeli mengagumi produk yang dibuat dengan baik, serta dapat menghargai kualitas dan kinerja.
3. Konsep Penjualan
Konsep ini adalah konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), dimana pemasar beranggapan bahwa pelanggan harus dipengaruhi (bila perlu dibujuk) agar penjualan dapat meningkat.
Konsep ini banyak dipakai pada produk-produk yang tidak dicari atau tidak dipikirkan untuk dibeli, konsumen ragu untuk membeli, bahkan menolak membeli oleh karena itu harus dibujuk.
4. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa pelanggan hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. Untuk itu perusahaan harus lebih efektif dibanding kompetitor didalam menciptakan, mengirim dan mengkomunikasikan produk yang dipasarkan
5. Konsep Pemasaran Sosial
Pemasaran yang menganut konsep ini beranggapan bahwa pelanggan hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan sosial pelanggan.
Konsep pemasaran sosial mengarahkan pemasar untuk membangun dan mempertimbangkan etika sosial dalam praktek pemasarannya. Konsep ini sekarang banyak dipakai karena dipercaya mampu meningkatkan reputasi, menaikan pengenalan merek, meningkatkan kesetiaan pelanggan.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan dalam mencapai tujuan untuk menghasilkan laba. Pemasaran adalah disiplin ilmu yang digunakan oleh perusahaan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi peluang menguntungkan bagi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa arti pemasaran jauh lebih luas dari pada arti penjualan. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem.
2.2.2 Pemasaran Jasa
Kotler (2002) juga mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak dapat menghasilkan kepemilikan sesuatu. Oleh sebab itu, jasa memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada cara memasarkannya.
Zaithaml dan Bitner (2000:3) dalam Ratih Hurriyati (2010:28) mengemukakan definisi jasa sebagai berikut : Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktifitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.

Karakteristik jasa menurut Tjiptono (2006:18) adalah sebagai berikut :
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa berbeda dengan barang. Maksudnya bila barang merupakan suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah perbuatan , tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha. Hal tersebut yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
2. Inseparibility (tidak terpisahkan)
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3. Heterogeniy (keanekaragaman)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut di produksi.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Yaitu jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Maksudnya, jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau penggunaan dikemudian hari.
5.  Lack of ownership
Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, pelanggan memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Dilain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan).
Menurut Lupiyoadi dalam Mahanani (2010:26) elemen pemasaran jasa terdiri dari tujuh hal, yaitu:
1. Product, jasa seperti apa yang ingin ditawarkan.
2. Price, bagaimana strategi penentuan harga.
3. Promotion, bagaimana promosi yang harus dilakukan.
4. Place, bagaimana sistem penghantaran yang akan diterapkan.
5. People, bagaimana orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa.
6. Process, bagaimana proses dalam operasi jasa tersebut.
7. Customer Service, tingkat service yang bagaimana yang akan diberikan kepada pelanggan.
2.2.3 Kualitas Layanan
1. Definisi Kualitas
Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan karena kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan dan kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan dapat memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Untuk dapat memberikan kualitas layanan yang baik maka perlu dibina hubungan yang erat antar perusahaan, dalam hal ini adalah karyawan dengan pengguna jasa. Dengan demikian kualitas merupakan faktor kunci sukses bagi perusahaan atau organisasi.
Menurut American Society for Quality Control (dalam Lupiyoadi, 2001 : 144) Kualitas adalah “Keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten “.
2. Definisi Layanan
Layanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara pelanggan dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan pelanggan (Ratminto dan Atik, 2005:2).
Sedangkan, menurut Simamora (2001:172) menyatakan bahwa pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
3. Definisi Kualitas Layanan
Keberhasilan  perusahaan dalam memberikan layanan yang berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan service quality yang telah dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan Zenthaml (Lupiyoadi, 2006 : 181).
Service Quality adalah seberapa jauh perbedaaan antara harapan dan kenyataan para pelanggan atas layanan yang mereka terima. Service Quality dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka terima dengan layanan sesungguhnya yang mereka harapkan.
Terciptanya kualitas layanan tentunya akan menciptakan kepuasan terhadap pengguna layanan. Kualitas layanan ini pada akhirnya dapat memberikan manfaat, diantaranya :
a.  Terjalinnya hubungan yang harmonis antara penyedia jasa dengan pelanggan.
b. Memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan.
c. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yag menguntungkan bagi penyedia jasa.
Tingkat kepuasan pelanggan atas suatu layanan dapat diukur dengan membandingkan antara harapan pelanggan terhadap kualitas layanan yang diinginkannya dengan kenyataan yang didapatkan. Pada tingkat kesesuaian yang semakin tinggi antara harapan dengan kualitas layanan yang diberikan perusahaan, di situlah tercipta nilai kepuasan yang maksimal.
Konsep kualitas layanan pada dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas layanan yang seharusnya konsisten satu sama lainnya, yaitu : persepsi pelanggan, produk dan layanan, dan proses. Ketiga orientasi ini dapat dibedakan dengan jelas bahkan produknya adalah proses itu sendiri (Lupiyoadi, 2001 :144).

4. Dimensi Kualits Layanan
Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2006:182) terdapat 5 (lima) dimensi dalam menentukan kualitas layanan yaitu :
1.  Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Yang dimaksud penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari layanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (lapangan parkir, gedung, meja dan kursi, WC, penerangan, serta penampilan karyawannya).
2. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu. Layanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, memberi layanan sesuai yang dijanjikan, mudah dimengerti ketika memberi penjelasan terhadap pelanggan yang mengeluh, dan bertanggungjawab dalam penanganan masalah akan layanan.
3.  Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan layanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan menyampaikan informasi yang jelas. Membiarkan pelanggan menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas layanan. Sehingga perlu memberikan layanan yang cepat, siap dan tanggap dalam menanggapi respon permintaan pelanggan dan cepat dalam menangani transaksi pelanggan.
4. Assurance atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopan santunan, dan kemampuan para karyawan perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan.
5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. Dimana suatu perusahaan diharapkan  memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan secara spesifik, seperti memahami dan mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan, berkomunikasi dengan baik kepada pelanggan dan memberikan perhatian individu kepada pelanggan
5.   Klasifikasi Layanan
Penawaran suatu perusahaan pada pasar biasanya mencakup beberapa jenis pelayanan. Komponen layanan ini dapat merupakan bagian terkecil atau bagian utama dari keseluruhan penawaran tersebut. Penawaran bisa saja murni berupa barang pada satu sisi dan layanan murni pada sisi lainnya. Oleh karena itu, maka penawaran suatu perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori menurut Simamora (2001 : 172), yaitu :

a. Produk berwujud murni
Penawaran semata-mata hanya terdiri dari produk fisik misalnya sabun mandi, pasta gigi, atau sabun cuci tanpa layanan lainnya yang menyertai produk tersebut.
b. Produk berwujud disertai dengan layanan pendukung
Pada kategori ini penawaran terdiri dari suatu produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa layanan untuk meningkatkan daya tari kepada pelanggannya. Disini pelayanan didefinsikan sebagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk pelanggan yang telah membeli produknya. Misalnya seperti seseorang yang baru membeli sepeda motor Honda, maka pelanggan tersebut akan diberi pelayanan service sepeda motor gratis untuk beberapa bulan.
c.  Hybrid
Penawaran yang terdiri dari barang dan layanan dengan proporsi yang sama.
d.  Pelayanan utama
Pelayanan barang yang disertai layanan tambahan (pelengkap) dan barang-barang pendukung lainnya.
e.  Pelayanan murni
Penawaran seluruhnya berupa berupa layanan, seperti konsultan psikologi.


6. Karakteristik Layanan
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh layanan menurut Zemke (dalam Ratminto dan Atik , 2005:3) yaitu :
a.  Pelanggan memiliki kenangan atau memori atas pengalaman menerima layanan, yang tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain.
b.  Tujuan penyelenggaraan layanan adalah keunikan, setiap pelanggan dan setiap kontak adalah dianggap sesuatu yang “spesial”.
c. Suatu layanan terjadi pada saat tertentu, ini tidak dapat disimpan di gudang atau dikirimkan barang contohnya.
d. Pelanggan melakukan kontrol kualitas dengan cara membandingkan harapan dan pengalaman yang diperolehnya.
e. Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh karyawan untuk memperbaiki adalah meminta maaf.
f. Moral karyawan sangat menentukan untuk kelancaran pemberian pelayanan.
2.2.4 Kepuasan Pelanggan
1. Definisi Kepuasan Pelanggan
Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan dan membuat). Berikut ini definisi kepuasan pelanggan dari beberapa para ahli, yaitu :
a. Menurut Howard & Shets (dalam Tjiptono, 2005:349) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan.
b. Menurut Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono, 2005:349) berpendapat bahwa kepuasan pelanggan merupakan respon emosional terhadap penggalaman-pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (perilaku berbelanja, dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan.
c. Menurut Kottler (2005:36) mengungkapkan bahwa “ kepuasan adalah sebagai perasaan suka/tidak seseorang terhadap suatu produk setelah ia membandingkan prestasi produk tersebut dengan harapannya.
Dalam suatu proses konsumsi, pelanggan tidak akan berhenti hanya sampai pada proses konsumsi. Pelanggan akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang disebut sebagai evaluasi alternative pasca konsumsi. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi adalah pelanggan merasa puas (satisfaction) atau tidak puas (dissatisfaction) terhadap konsumsi produk atau jasa yang sudah dilakukannya.
2. Manfaat Program Kepuasan Pelanggan
Adapun manfaat pokok dari kepuasan pelanggan menurut Tjiptono (2005 :352), antara lain :
a. Reaksi terhadap produsen memiliki biaya yang rendah
Fokus pada kepuasan pelanggan merupakan upaya mempertahankan pelanggan dalam rangka menghadapi para produsen berbiaya rendah. Banyak perusahaan yang mendapat cukup banyak pelanggan yang bersedia membayar harga lebih mahal untuk layanan dan kualitas yang lebih baik. Hal ini menjadi peluang bagi para produsen berbiaya rendah sehingga mereka mampu bersaing dengan para kompetitor melalui peluang-peluang tersebut.
b. Manfaat ekonomi retensi pelanggan versus perpetual prospecting
Berbagai studi menunjukkan bahwa mempertahankan dan memuaskan pelanggan saat ini lebih murah dibanding terus-menerus berupaya menarik pelanggan baru.
c. Nilai kumulatif dari relasi berkelanjutan
Upaya mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap produk dan jasa perusahaan selama periode waktu yang lama bisa menghasilkan anuitas yang jauh lebih besar daripada pembelian individual.
d. Daya persuasif
Banyak industri (khususnya sektor jasa), berpendapat bahwa.opini positif dari teman dan keluarga jauh lebih persuasif dan kredibel daripada iklan. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang tidak hanya meneliti kepuasan total namun juga menelaah sejauh mana pelanggan bersedia merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain. Apalagi ada kecenderungan seorang pelanggan menceritakan pengalaman buruknya kepada orang lain dari pada pelanggan yang puas menyampaikan pengalaman positifnya.

e. Reduksi sensitifitas harga
Pelanggan yang puas dan loyal terhadap sebuah perusahaan cenderung lebih jarang menawar harga untuk setiap pembelian individualnya. Hal ini disebabkan faktor kepercayaan telah terbentuk. Dalam banyak kasus, kepuasan pelanggan mengalihkan fokus pada harga layanan dan kualitas.
f. Kepuasan pelanggan sebagai indikator kesuksesan bisnis dimasa depan.
 Pada hakikatnya kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang, karena dibutuhkan waktu cukup lama sebelum bisa membangun dan mendapatkan reputasi atas layanan prima. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan merupakan indikator kesuksesan  bisnis di masa depan yang mengukur kecenderungan reaksi pelanggan terhadap perusahaan di masa yang akan datang.
3. Elemen Program Kepuasan Pelanggan
Pada umumnya program kepuasan pelanggan meliputi kombinasi dari tujuh elemen utama (Tjiptono, 2005 :345) yakni :
a. Barang dan jasa berkualitas
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak, standarnya harus menyamai para pesaing utama dalam industri. Perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi menyediakan tingkat layanan pelanggan yang tinggi pula.


b. Relationship Marketing
Relationship Marketing adalah upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan dengan mengutamakan peluang untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan atas dasar kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak. Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dan pelanggan dapat membangun bisnis ulangan dan menciptakan loyalitas pelanggan.
c. Program promosi loyalitas
Program ini memberikan semacam “penghargaan” (rewards) khusus (seperti bonus, diskon, voucher, dan hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk/jasa perusahaan) kepadapelanggan rutin agar tetap loyal pada produk dari perusahaan yang bersangkutan. Melalui kerja sama seperti ini diharapkan kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan serta loyalitas pelanggan akan semakin besar.
d. Fokus pada pelanggan terbaik (best customers)
Fokus pada pelanggan terbaik maksudnya berfokus pada 20% dari pelanggan yang secara rutin mengonsumsi dan 80% dari penjualan. Pelanggan terbaik disini bukan hanya pelanggan yang rutin saja melainkan menyangkut pembayaran yang lancar dan tepat waktu, tidak terlalu banyak membutuhkan layananan tambahan dan relatif tidak sensitif terhadap harga lebih menyukai stabilitas daripada terus menerus berganti pemasok untuk mendapatkan harga murah.
e. Sistem penanganan komplain secara efektif
Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan pelanggan mengalami berbagai macam masalah, setidaknya berkaitan dengan konsumsi beberapa jenis produk, waktu penyampaian, atau layanan pelanggan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memiliki sistem penanganan komplain yang efektif. Sistem penanganan komplain yang efektif membutuhkan beberapa aspek dalam rangka menyampaikan komentar, kritik, saran, pertanyaan ataupun komplain, diantaranya :
1. Permohonan maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan yang mereka alami.
2. Empati terhadap pelanggan yang marah.
3. Kecepatan dalam penanganan keluhan
4. Kemudahan bagi pelanggan untuk menghubungi perusahaan.
f. Unconditional guarantees
Unconditional guarantees ini dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka terima.
4. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari kualitas pelayanan dikurangi harapan pelanggan atau dapat dirumuskan sebagai berikut.

Satisfaction = f (Service Quality – Expectation)
a. Service Quality < Expectation. Keadaan ini terjadi apabila pelayanan yang diberikan perusahaan menurut pelanggan buruk. Selain tidak memuaskan, juga tidak sesuai dengan harapan pelanggan.
b. Service Quality =Expectation. Keadaan ini terjadi apabila pelayanan yang diberikan nilai oleh pelanggan adalah biasa-biasa saja. Menurut pelanggan kenyataan yang terjadi pada kinerja perusahaan dalam memberikan pelayanan tidak ada yang istimewa dan dianggap sudah seharusnya begitu atau ideal.
c. Service Quality >Expectation. Keadaan  ini terjadi apabila pelanggan merasakan pelayanan yang diberikan tidak hanya sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan sekaligus memuaskan dan menyenangkan pelannggan. Pelayanan tersebut biasanya disebut prima (Excelence Service) yang selalu diharapkan semua pelanggan.
Menurut Kotler (2005 : 54) ada empat metode yang banyak dipergunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan antara lain :
a. Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi jasa yang berorientasi pada pelanggan wajib memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang biasa digunakan bisa berupa kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website dan lain-lain. Dimana metode ini dapat memberikan ide ataupun masukan yang berharga kepada perusahaan.
b. Ghost Shopping
Ghost Shopping merupakan salah satu metode untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shopper untuk berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing.
c. Lost Customer Analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau beralih pemasok agar dapat memahami hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya.
d. Survei kepuasan pelanggan
Umumnya sebagian besar penelitian mengenai kepuasan pelanggan menggunakan survey, baik via pos, telepon, e-mail, maupun wawancara langsung.
Ada lima faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan (Lupiyoadi , 2001 :158) yaitu :
1. Kualitas Produk
Pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.


2. Kualitas Layanan
Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan layanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
3. Emosional
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum padanya bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
4. Harga
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
5. Biaya
Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
2.3 Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian ini, kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Berikut ini adalah penjelasan hubungan keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen.


1. Hubungan Tangible dengan Kepuasan Pelanggan
Karena suatu bentuk jasa tidak bisa dilihat, dicium dan diraba. Maka aspek wujud fisik menjadi penting sebagai ukuran dari layanan. Pelanggan akan menggunakan indera penglihatan untuk menilai suatu kualitas layanan.
Menurut Zeithaml. et al. 1985 (Aviliani dan Wilfridus, 1997 : 10) wujud fisik (tangible) adalah kebutuhan pelanggan yang berfokus pada fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan, tersedia tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan, sarana komunikasi serta penampilan karyawan.
Bukti fisik yang baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek ini juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan. Karena dengan bukti fisik yang baik maka harapan pelanggan menjadi tinggi. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek wujud fisik yang paling tepat, yaitu masih memberikan impresi positif terhadap kualitas layanan yang diebrikan tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah (Parasuraman : 2005) dalam M. Ramdan (2008 : 72) :
a. Peralatan yang modern
b. Fasilitas yang menarik
Hubungan wujud fisik dengan kepuasan pelanggan adalah wujud fisik mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan terhadap wujud fisik maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi. Dan jika persepsi pelanggan terhadap wujud fisik buruk maka kepuasan pelanggan juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011) menyebutkan bahwa secara parsial variabel tampilan fisik (tangible) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap kepuasan pelanggan.
2. Hubungan Reliability terhadap Kepuasan Pelanggan
Menurut Parasuraman, dkk. (1998) dalam Lupiyoadi dan Hamdani (2006 : 182) berpendapat kehandalan (Reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi. Pemenuhan janji dalam layanan akan mencerminkan kredibilitas perusahaan.
Menurut Zeithaml. et al. 1985 (Aviliani dan Wilfridus, 1997 : 10) kehandalan (reliability) adalah pemenuhan janji layanan segera dan memuasakan dari perusahaan. Atribut-atribut yang berada dalam dimensi ini antara lain adalah (Parasuraman, 2005) dalam Ramdani (2008 : 74) :
a. Memberikan layanan sesuai janji
b.  Pertanggungjawaban tentang penanganan pelanggan akan masalah layanan.
c. Memberikan layanan yang baik saat kesan pertama kepada pelanggan, dan tidak memebeda-bedakannya satu dengan yang lainnya.
d. Memberikan layanan tepat waktu
e. Memberikan informasi kepada pelanggn tentang kapan layanan yang dijanjikan akan direalisasikan
Hubungan kehandalan dengan kepuasan pelanggan adalah kehandalan (reliability) mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan terhadap kehandalan maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi. Dan jika persepsi pelanggan terhadap kehandalan buruk maka kepuasan pelanggan juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011) menyebutkan bahwa secara parsial variabel kehandalan (reliability) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap kepuasan pelanggan.
3. Hubungan Responsivennes dengan Kepuasan Pelanggan
Yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayanai pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi serta penanganan keluhan pelanggan.
Menurut Parasuraman. dkk. 1998 (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006 : 182) daya taggap (Responsivennes) adalah suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan layanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan menyampaikan informasi yang jelas. Dengan membiarkan pelanggan menunggu merupakan persepsi yang negative dalam kualitas layanan.
Berdasakan banyak studi yang dilakukan, ada satu hal yang sering membuat pelanggan kecewa, yaitu pelanggan sering diping-pong saat membutuhkan informasi. Dari staf yang satu, disuruh bertanya kestaf yang lain, kemudian staf yang lain tidak mengetahui atau menjawab hal apa yang diinginkan oleh pelanggan. Sungguh layanan yang tidak tanggap dan pasti akan membuat pelanggan merasa tidak puas. Ketanggapan yang diberikan oleh perusahaan dengan baik akan meningkatkan kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan. Sedangkan atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah (Parasuraman, 2005) dalam Ramdani (2008 : 77) :
a. Memberikan layanan yang cepat.
b. Kerelaan untuk membantu / menolong pelanggan.
c.  Siap dan tanggap untuk menanggapi respon permintaan dari para pelanggan.
Hubungan daya tanggap dengan kepuasan pelanggan adalah daya tanggap mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan terhadap daya tanggap maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi. Dan jika persepsi pelanggan terhadap daya tanggap buruk maka kepuasan pelanggan juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011) menyebutkan bahwa secara parsial variabel daya tanggap (responsivennes) berpengaruh positif dan siginifikan terhadap kepuasan pelanggan.

4. Hubungan Assurance terhadap Kepuasan Pelanggan
Kotler (2001 : 617) mendefisinikan keyakinan (Assurance) adalah pengetahuan terhadap produk tepat, kesopansantunan karyawan dalam memberi pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan kenyamanan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan terhadap perusahaan.
Menurut Parasuraman. dkk. 1998 (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006 : 182) keyakinan (Assurance) yaitu meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuannya terhadap produk secara tepat, keramahtamahan, perhatian dan kesopanan, keterampilan dalam memberikan informasi,  kemampuan dalam memberikan keamanan dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keraguan. Pengetahuan, kesopanan dan kemampuan para karyawan perusahaan dapat menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah (Parasuraman, 2005) dalam Ramdan (2008 : 79) :
a. Karyawan yang memberi dimensi jaminan berupa kepercayaan diri kepada pelanggan.
b. Membuat pelanggan merasa aman saat menggunakan jasa pelayanan perusahaan.
c. Karyawan yang sopan.
d.  Karyawan yang memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat menjawab pertanyaan dari pelanggan.
Jaminan (Assurance) yang mencakup pengetahuan dan keterampilan para pegawai atau karyawan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari dalam melayani kebutuhan pangan pelanggan, etika para karyawan dan jaminan keamanan dari perusahaan atas pelanggan saat mereka datang untuk menerima pelayanan dan produk atau makanan yang diinginkan.
Adanya jaminan keamanan dari suatu perusahaan akan membuat pelanggan merasa aman dan tanpa ada rasa ragu-ragu untuk datang RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari, disamping itu jaminan dari suatu rumah makan atas pelayanan yang diberikan pada pelanggan akan berpengaruh pada kepuasan pelanggan karena apa yang diingankan pelanggan dapat dipenuhi oleh perusahaan yaitu dengan pengetahuan, keterampilan, ketelitian, dan ketepatan yang dimiliki oleh karyawan terhadap pelanggan tersebut. Kesopanan dan keramahan seorang karyawan akan membuat pelanggan merasa dihargai sehingga mereka puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah makan.
Hubungan jaminan dengan kepuasan pelanggan adalah jaminan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan terhadap jaminan yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi. Dan jika persepsi pelanggan terhadap jaminan yang diberikan oleh perusahaan semakin buruk maka kepuasan pelanggan jaga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan oleh John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011) menyebutkan bahwa secara persial variable jaminan (Assurance) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
5. Hubungan Emphaty dengan Kepuasan Pelanggan
              Menurut Parasuraman. dkk. 1998 dalam Lupiyoadi dan Hamdani (2006:182), empati (emphaty) yaitu perhatian dengan memberikan sikap yang tulus dan bersifat individul atau pribadi yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kepedulian yaitu perhatian khusus atau individu terhadap segala kebutuhan dan keluhan pelanggan, dan adanya komunikasi yang baik antara karyawan rumah makan dengan pelanggan. Dengan adanya perhatian khusus dan komunikasi yang baik dari karyawan kepada pelanggan akan berpengaruh juga pada kepuasan pelanggan.
Atribut-atribut yang ada dalam dimensi ini adalah (Parasuraman, 2005) dalam Ramdan (2008 : 81) :
a. Memberikan perhatian individu kepada pelanggan.
b. Karyawan yang mengerti keinginan dari para pelanggannya.
Hubungan kepedulian dengan kepuasan pelanggan adalah jaminan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan terhadap kepedulian yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi. Dan jika persepsi pelanggan terhadap kepedulian yang diberikan oleh perusahaan semakin buruk maka kepuasan pelanggan jaga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan oleh John Hendra Istianto dan Maria Josephine Tyra (2011) menyebutkan bahwa secara persial variable kepedulian (Emphaty) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
2.4 Kerangka Pikir
Dalam kerangka pikir ini menggambarkan hubungan kausal antara kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan, yang menurut Parasuraman (dalam Lupiyoadi, 2006:182) ada 5 (lima) dimensi dalam menentukan kualitas layanan yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Dimana ke  lima dimensi tersebut mempunyai hubungan kausal terhadap kepuasan pelanggan.
Jika mengamati perilaku pelanggan maka ketika sampai ke sebuah rumah makan maka tangible (bukti fisik) seperti tempat parkir, gedung, ruangan, kebersihan, kerapian, kelengkapan peralatan, WC dan penampilan karyawan dapat mempengaruhi kenyamanan pelanggan sehingga ketika bukti fisik ini dipersepsikan baik oleh pelanggan maka akan menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi, begitu pula sebaliknya. 

Reliability (Kehandalan) adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Sehingga semakin baik persepsi pelanggan terhadap kehandalan maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi begitu pula sebaliknya.
Responsiveness (Daya tanggap) adalah respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi serta penanganan keluhan pelanggan.
Sehingga semakin baik persepsi pelanggan terhadap daya tanggap maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi begitu pula sebaliknya. Dengan membiarkan pelanggan menunggu untuk mendapatkan penanganan keluhan maupun transaksi dapat menciptakan persepsi yang negative dalam kualitas layanan sebuah perusahaan.
Assurance (Jaminan) yang mencakup pengetahuan dan keterampilan karyawan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari dalam melayani kebutuhan pangan pelanggan, etika para karyawan dan jaminan keamanan dari perusahaan atas pelanggan saat mereka datang untuk menerima layanan dan produk atau makanan yang diinginkan.
Disamping itu jaminan dari suatu rumah makan atas layanan yang diberikan pada pelanggan akan berpengaruh pada kepuasan pelanggan karena apa yang diingankan pelanggan dapat dipenuhi oleh perusahaan yaitu dengan pengetahuan, keterampilan, ketelitian, dan ketepatan yang dimiliki oleh karyawan terhadap pelanggan tersebut. Kesopanan dan keramahan seorang karyawan akan membuat pelanggan merasa dihargai sehingga mereka puas dengan layanan yang diberikan oleh rumah makan.
Emphaty (Empati / kepedulian) yaitu perhatian khusus atau individu terhadap segala kebutuhan dan keluhan pelanggan, dan adanya komunikasi yang baik antara karyawan rumah makan dengan pelanggan. Sehingga dengan adanya hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan pelanggan. Semakin baik persepsi pelanggan terhadap empati yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan pelanggan juga akan semakin tinggi.
Sedangkan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan seorang pelanggan setelah melakukan perbandingan antara kesannya terhadap kinerja, produk dan layanan yang didapatkan dengan apa yang diharapkan.
 Untuk lebih jelasnya hubungan dari ke lima dimensi tersebut terhadap kepuasan pelanggan dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut :










RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tangible
(X1)
Reliability
(X2)
Reponsiveness
(X3)
Assurance
(X4)
Emphaty
(X5)







Kepuasan
(Y)
Kualitas Layanan (X)
 








                                                           
Analisis Regresi Linear Berganda
Kesimpulan / Saran
 





2.5 Hipotesis
Oleh karena itu, berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Diduga bahwa dimensi kualitas layanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsivennes, assurance dan emphaty berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari baik secara parsial maupun secara simultan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari Jl. Brigjen. M Yoenus No.128. Dan yang menjadi obyek penelitian adalah para pelanggan RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
 Menurut Sugiyono (2010:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
3.2.2. Sampel
Sedangkan sampel ialah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili keseluruhan populasi. Sampel menurut Sugiyono (2011:118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Adapun penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010:131) penelitian yang melakukan analisa dengan multivariate (regresi linear berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali jumlah variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel penelitian ada 6 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 6 = 60 orang atau responden.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yang artinya metode penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, jika dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sampel (Sugiyono, 2004). Adapun yang menjadi kriteria seseorang menjadi sampel atau responden dalam penelitian ini adalah mereka yang minimal 2 kali datang membeli produk dan merasakan layanan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Jenis Data                                                                    
Data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh di lapangan yang dapat diukur berupa angka, seperti jumlah pelanggan. Dalam hal ini jumlah pelanggan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh yang menggambarkan keadaan secara deskriptif, yang meliputi data struktur organisasi juga kebijakan layanan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari yang meliputi data mengenai tanggapan pelanggan terhadap dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati.

3.3.2 Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari :
1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuesioner oleh responden, yaitu pelanggan RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diambil dalam bentuk laporan-laporan yang sudah didokumentasikan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan penelitian. Hal ini mengingat bahwa data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi mengenai hasil penelitian. Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
2. Wawancara adalah metode pengumpula data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada narasumber.
3. Obeservasi adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung kepada objek yang dituju. Pengamatan ini dilakukan secara langsung terhadap keadaan di RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
3.5 Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Editing yaitu menghimpun data-data yang diperlukann yang bersumber dari pelanggan RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
2. Tabulasi adalah penyusunan dan pengumpulan data kedalam bentuk tabel sesuai dengan kategori dan kebutuhan analisis dan selanjutnya data tersebut akan dianalisis sesuai yang telah ditentukan.
3. Coding yaitu dengan menyusun data-data yang diperoleh serta jawaban menurut jenisnya dan disesuaikan dengan penelitian ini.
4. Interpretasi, yaitu menjelaskan atau menguraikan data-data berdasarkan variable yang diteliti dalam penelitian ini.
3.6 Uji Instrumen
  3.6.1 Uji Validitas
Menurut Arikunto (1998: 160), Validitas adalah suatu ukuran yang mengukur sah atau valid tidaknya suatu instrument (kuesioner). Menurut (Sugiyono, 2009: 137) arti valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrument untuk mengumpulkan data.
Dalam melakukan pengujian validitas, digunakan alat ukur berupa program komputer yaitu SPSS (Statistik Package for Social Sciences) dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid (Imam Ghozali, 2001).
3.6.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu kuesioner dinyatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001).
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha ( α ). Uji ini dapat menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau handal. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai α > 0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali,2005:42)
3.7 Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan dan pengujian hipotesis maka data yang diperoleh selanjutnya akan diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.7.1 Regresi Linear Berganda
Berdasarkan permasalahan, tujuan yang ingin dicapai dan pengujian hipotesis, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah “Analisis Regresi Linear Berganda” dengan bantuan program SPSS versi 20.
Uji ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas layanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari. Maka penulis menggunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5 + e
Keterangan :
Y = Kepuasan Pelanggan
a = Konstanta dari persamaan regresi
X1= Dimensi Tangible (Bukti Fisik)
X2= Dimensi Reliability (Keandalan)
X3= Dimensi Responsiveness (Daya tanggap)
X4= Dimensi Assurance (Jaminan)
X5= Dimensi Empathy (Empati)
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi untuk setiap dimensi
e   = nilai eror
3.7.2  Uji Hipotesis
1. Uji Sigifikansi Simultan (Uji F)
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
Dalam penelitian ini, hipotesis yag digunakan adalah :
Ho : Variabel-variabel bebas atau kualitas layanan (X) yaitu tangibel, reliability, responsivennes, assruance dan emphaty tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya atau kepuasan pelanggan (Y).
Ha : Variabel-variabel bebas atau kualitas layanan (X) yaitu tangibel, reliability, responsivennes, assruance dan emphaty mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya atau kepuasan pelanggan (Y).
Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2005:84) adalah dengan menggunakan angka probalilitas signifikansi, yaitu :
a. Apabila probalilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Apabila probalilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y, apakah variabel X1, X2, X3, X4 dan X5 benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2005:84).
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
Ho : Variabel-variabel bebas atau kualitas layanan (X) yaitu tangibel, reliability, responsivennes, assruance dan emphaty tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya atau kepuasan pelanggan (Y).
Ha : Variabel-variabel bebas atau kualitas layanan (X) yaitu tangibel, reliability, responsivennes, assruance dan emphaty mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya atau kepuasan pelanggan (Y).
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005:84) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu :
a. Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
3.8 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel. Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :
1.  Pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan pada RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari.
2. Layanan yang dimaksud adalah layanan yang diberikan oleh RM. Ayam Bakar Wong Solo Cabang Kendari kepada pelanggan yang datang berkunjung. Dengan memakai karakteristik yang telah ditentukan seperti :
a. Bukti Fisik (Tangible (X1)) : meliputi fasilitas fisik seperti tempat parkir, gedung, kerapian meja dan kursi, penampilan karyawan dan juga WC.
b. Keandalan (Reliability (X2)) : kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, mudah dimengerti ketika memberi penjelasan terhadap pelanggan yang mengeluh, tidak membeda-bedakan pelanggan untuk dilayani dan karyawan bertanggungjawab dalam penanganan masalah akan layanan
c. Daya Tanggap (Responsiveness (X3)) : Karyawan memberikan layanan yang cepat, karyawan siap dan tanggap dalam menanggapi respon permintaan pelanggan dan karyawan cepat dalam menangani transaksi pelanggan.
d. Jaminan (Assurance (X4)) : Karyawan memiliki pengetahuan yang luas dalam menjawab pertanyaan pelanggan, sopan dalam memberi pelayanan, membuat pelanggan merasa aman saat menggunakan layanan.
e. Empati (Emphaty (X5)) : Karyawan memahami dan mengetahui keinginan berkomunikasi dengan baik, karyawan memberikan perhatian individu.
3.  Kepuasan pelanggan adalah rasa senang atau kecewa pelanggan setelah mendapatkan layanan. Adapun yang menjadi faktor penentu terjadinya kepuasan adalah :
a. Kualitas Produk                                           d. Harga
b. Kualitas Pelayanan                                      e. Biaya
c. Emosional




























DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Metode Penelitian Dalam Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Basu, Swastha, 2008. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2005. Analisis Multivariate SPSS. Semarang : BP UNDIP

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Menggunakan SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indriyati, Retno D, 2010, Analisis Pengaruh Tingkat Kualitas Pelayanan Jasa Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien, Semarang.

Istianto, John Hendra dan Maria Josephine Tyra, 2011. “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Makan Ketty Resto”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) Vol. 3 September 2011. Palembang.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas. Jilid I. Erlangga : Jakarta.

                       , 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Di Indonesia (Buku 2).  Salemba Empat: Jakarta.

                         ,2002. Manajemen Pemasaran (Edisi Milenium). PT. Prenhalindo : Jakarta.

                         , 2005. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Jakarta: Erlangga.

Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik, Salemba Empat : Jakarta.

Lupiyoadi, R. dan A. Hamdani. 2009. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.

Mowen, 1995, Kualitas kinerja layanan merupakan suatu proses evaluasi, Jakarta : Erlangga

Parasuraman A. Valaria dan Leonard L. Berry, 1985, Conceptual Model Of Service Quality And Implication For Future Research, Jurnal Of Marketing Volume 49, P.41-50.


Raminto dan Atik Septi Winarsih. 2008. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Reksohadiprojo, Sukanto (1984),  Pengendalian Kualitas Pelanggan. Edisi Keempat, Penerbit Salemba, Jakarta.

Samosir, Zurni Zahara, 2005, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan USU”. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi Vol. 1 No. Juni 1 Sumatra Utara.

Sari, Lia Erlina, 2011, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Restoran Terhadap Loyalitas Pelanggan Sakana Japanese Restauran di Delonix Hotel Karawang. Karawang.

Simamora, Bilson, 2003, Memenangkan Pasar denhan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Cetakan Kedua. Jakarta: Gamedia Pustaka Utama.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

      , 2009, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

        , 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif , Kuantitatid, dan R & D), Alfabeta : Bandung

Syahlan Muh. J. 2006, Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus pada Perusahaan Jasa Penerbangan Lion Air di Kota Kendari). Skripsi Universitas Haluoleo : Kendari

Tjiptono, 2006, Manajemen Jasa, Andy Offset. Yogyakarta.

Tjiptono, 2005, Pemasaran Jasa.Cetak 1 Bayu Media. Jakarta.

Wahana Komputer, 2011, Mengolah Data Statistik Penelitian dengan SPSS 18, Semarang.

Wijaya, Elita Mieke, 2011, Pengaruh kualitas pelayanan terhadap Loyalitas pelanggan, dengan kepuasan Pelanggan sebagai variabel intervening (Studi Pada Waterpark Semawis Semarang), Semarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

proposal penelitian Manajemen Pemasaran

contoh laporan supervisi akademik madrasah aliyah tahun 2017-2018

pengaruh dimensi bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian mobil suzuki pada PT. Megah Putra Kendari